Indonesia Gagal ke Piala Asia U-23: Kecewa, Tapi Tetap Beri Dukungan!

Usai ditahan imbang 0-0 oleh Thailand dalam laga lanjutan Kualifikasi Piala Asia U-23, pupus sudah harapan Timnas Garuda U-22 untuk bisa lolos ke tahap berikutnya dalam kancah Piala Asia U-23.

Padahal sebelumnya saya sempat optimis, usai Timnas Garuda berhasil membabat habis Mongolia dengan skor telak 7-0 tanpa balas.

Walaupun memang pada pertandingan sebelumnya saat hadapi Malaysia Indonesia dibungkam dengan skor telak 3-0, namun saat bisa kalahkan Mongolia 7-0, saya pikir Luis Milla sudah menemukan "racikan" yang pas diantara para pemain timnas U-22.

Namun ternyata, saya agak terkejut dan kecewa karena kenapa susunan dan stratgeinya terlihat sangat berbeda saat menghadapi Thailand.

Disinilah saya sebenarnya yang masih tetap kecewa dengan yang namanya Luis Milla.

Mungkin ada beberapa pecinta sepak bola yang bilang jika sehebat apapun pelatihnya, termasuk Luis Milla, kalau yang dilatih timnas Indonesia, maka tetap saja Innndonesia akan kalah dan tidak maju.

Untuk orang yang berfikir seperti itu, saya harap lebih baik anda jangan jadi orang Indonesia saja!

Saya memang sangat kecewa, namun saya tetap bangga dan memberikan dukungan terus untuk timnas Indonesia untuk terus maju pantang mundur!

Saya tetap masih optimis dan percaya, jika para pemain Timnas Indonesia, secara personal mereka punya skill dan bakat yang bisa memiliki peluang untuk hebat.

Namun terkadang, saya sendiri juga memang mencatat ada beberapa poin besar yang menjadikan timnas Garuda kita sulit maju, dan bagaimana cara mengatasinya.

Saya bicara disini ingin tegaskan jika saya ini bukan orang profesional di bidang ini, tapi saya tegaskan ini hanya soal opini dan analisa saya sebagai orng awam, yang kebetulan juga pernah main dan suka sepakbola.


Beberapa saran dan masukan saya terkait timnas Indonesia diantaranya sebagai berikut,

Jauhkan PSSI dari Kepentingan POLITIK!


Poin ini saya ktakan sangat penting karena jujur saja saya sangat muak kalau ada pilitisi yang berebut apalagi sampai terjun langsung ngurusin PSSI.

Satu-satunya harapan saya terkait peran politisi di PSSI, adalah cukup dengan memberikan perhatian secara administrasi dan pendanaan, itu saja.

Terkait dengan prosesnya, moon jangan terlalu ikut campur, apalagi "mengambil untung" atau membuat ribut PSSI. Anda pasti faham maksud saya soal ini, karena suka atau tidak suka, jika sampai PSSI dikelola atau terlalu didominasi oleh kepentingaan politik, maka itu dipastikan akan berpengaruh terhadap kwalitas timnas dan manajemenya.

Sanksi FIFA beberapa saat lalu juga membuktikaan betapa mengecewakan dan "menjijikan" perilaku mereka yang membuat PSSI jadi kacau balau.

Sehabat apapun pelatih dan timnas, kalau ada kepentingan politik di kubu PSSI, saya khawatir sekali jika semuanya bisa hancur lebur persepakbolaan Indonesia.

Pelatih


Saya pikir jika PSSI sudah jauh dari kepentingan dan dijauhkan dari urusan politik dan politisi, maka pelatih juga sangat penting.

Soalnya yang namanya pelatih inilah menurut saya kuncinya, bagaimana seorang pelatih bisa meracik dan melihat potensi dan kemampuan dari masing-masing pemain, yang kemudian oleh pelatih "diracik" menjadi satu kesatuan tim yang tangguh.

Dalam kasus ini saya ingin ilustrasikan dengan kisah Yohanes Surya yang sukses menjadikan anak-anak papua yang sekarang jadi langganan juara fisika di tingkat dunia. Saat itu Yohanes Surya minta dicarikan anak-anak papua yang dianggap paling tidak pintar, lalu oleh dia dibimbing dengan metode dirinya, maka kemudian karena diajar oleh orang dan metode yang tepat, maka jadilah mereka anak-anak papua yang dulunya dianggap paling tidak cerdas di papua, kini berhasil meraih berbagai juara fisika di tingkat dunia.

Kenapa saya samakan ini dengan sepakbola, karena memang disinilah peran pelatih. Karena pelatih ini diberikan wewenang penuh untuk mencari dan meracik para pemain mau dijadikan seperti apa, maka peran pelatih sangatlah penting.

Namun jika ada pendapat bahwa pelatih di Indonesia tidak punya pilihan seperti itu karena ada yang bilang para pemain-pemainya itu sudah "TITIPAN", maka ini saya kembalikan ke yang poin pertma diatas.

Kalau saya boleh memilih, pelatih di Indonesia yang saya kagumi dan pernah punya harapan besar adalah kepada Indra Sjafri saat sukses melatih timnas U-19 [baca kisah lengkapnya disini].

Bahkan kalau dibandingkan dengan Luis Milla, saya tetap lebih mengidolakan Indra Sjafri khusus dalam hal kehebatanya melatih timnas  garuda.

Jauhkan Pemain dari Dunia Entertainment


Ini mungkin dianggap tidak pantas untuk dijadikan penyebab. Namun saya melihat justru ini sangat ebrpengaruh. Saya melihat ini saat dulu timnas U-19 yang dilatih Indra Sjafri jadi idole karena kesuksesan mereka, tapi kemudian, begitu terlalu banyak datang pujian, bahkan berkali-kali diundang di acara televisi, bahkan yang membuat saya sangat emosi diundang para politisi, disitulah saya melihat awal kehancuran dan penurunan prstasi mereka terlihat drastis sekali.

Banyaknya pujian yang menjadikan emreka "selebritis dadakan" menjadikan fokus mereka pada dunia sepakbola menjadi menurun.

Mungkin hanya segitu saja sih saran dan masukan saya sebagai seorang yang sangat memiliki harapan besar untuk kemajuan Timnas Garuda Indonesia.