Negeri Para Pencaci dan Pencela di Social Media

Negeri Para Pencaci dan Pencela di Social Media.


Personal BLOG | Coba saat anda membaca tulisan ini, sempatkanlah anda membaca status-status teman-teman anda di jejaring social media, atau mungkin secara tidak sengaja muncul di timeline/beranda facebook atau twitter anda, bahkan mungkin di berbagai pemberitaan kontroversial, maka dengan begitu mudah kita bisa melihat mereka yang tanpa saling kenal saling caci dan saling memaki dengan sebebas-bebasnya.

Atau mungkin adakah anda menemukan teman anda sendiri atau justru anda seniri orang yang sedang sibuk mencaci maki orang lain melalui akun social media mereka?

Kalaupun tidak mencaci maki temanya, biasanya sedang sibuk mencaci-maki para pemimpin dan pejabatnya atau tokoh idolanya melalui komentar-komentar di berbagai pemberitaan media.

Jadi misalnya dalam sebuah pemberitaan media, jika tokoh A diberitakan buruk, maka para pendukung tokoh B akan begitu bersemangat untuk mencaci maki dan mengolok-olok tokoh A sekaligus juga para pendukung dan fanatikan dari tokoh A.

Sebaliknya, jika ada pemberitaan jelek tentang tokoh B, maka giliran para fanatikan tokoh A akan berbalas menghina dan saling mencaci maki para fanatikan tokoh B.

[Baca juga: TIPS: Cara Sangat Mudah Hilangkan Rasa Marah]


Contoh lainya mungkin untuk kasus terbaru terkait dengan melemahnya rupiah ataupun kasus kabut asap yang hingga sekarang masih belum juga tuntas. Diantara para pelaku dan yang memiliki hoby untuk saling mencaci dan memaki di sosial media seolah tidak ingin ketinggalan momment terbaik mereka agar biasa melampiaskan ambisi mereka untuk bisa mencari pihak-pihak yang layak dicaci maki.

Ironisnya, hal itu bisa kita temukan dengan teramat sangat mudah setiap hari dan bahkan mungkin setiap menit dan detiknya.

Bahkan mungkin saja, saat saya menuliskan tulisan ini, ada diantara mereka sedang bersemangat melakukan hal tersebut?.

Memang sudah diketahui banyak orang bahwa budaya saling mencaci maki atau memuji yang berlebihan terjadi sejak musim kampanye pilpres yang lalu.

Saya sendiri tidak tahu kenapa sejak saat itu kita ini seolah-olah jadi mudah banget saling mencaci maki.

Coba deh anda amati, kalau teman-teman kita berbagi informasi berita yang itu menyudutkan tokoh tertentu, maka secara berduyun-duyun teman-teman kita yang memang dari pemilu kemarin membenci tokoh itu, langsung ikut bersemangat untuk mencaci dan memaki.

Yang membuat kita miris lagi, hal ini ternyata tidak hanya dilakukan oleh orang-orang biasa seperti kita, tapi ternyata masih tetap dilakukan oleh orang-orang yang berstatus tokoh agama sekalipun.

Boleh saja para ahli agama tersebut ketika berbagi aib tokoh tertentu akan mengatakan jika itu dilakukan sebagai bentuk kritik yang membangun lagi santun.

Boleh saja sih mereka lakukan pembelaan semanis apapun untuk membenarkan apa yang mereka lakukan. Tapi tetap saja yang membaca dan melihat apa yang mereka tetap saja akan dinilai sebagai orang-orang yang memang menikmati begitu melihat penderitaan tokoh-tokoh yang mereka benci.

Seharusnya kalau memang ingin memberikan kritik dan saran yang membangun, caranya tidak dengan mencaci maki di social media. Anda seharusnya jika bisa, datang saja langsung ke tokoh tersebut.

Kalau cara tersebut tidak bisa, coba susunlah kritik dan saran anda dalam bentuk tulisan yang santun dan cerdas sehingga itu akan memberikan ilmu dan pengetahuan yang positif untuk para pembaca.

Padahal belum tentu tokoh yang mereka benci setiap hari itu lebih buruk dari dirinya yang memang hanya sibuk mencari kesalahanya dan selalu mengabaikan hal positif yang sudah dilakukan tokoh tersebut.

Disudut yang lain ada juga beberapa kelompok yang tetap sibuk memuji tokoh-tokoh mereka yang sebenarnya mungkin secara nurani mereka si tokoh tersebut sedang melakukan kesalahan.

Orang-orang seperti ini biasanya berdalih jika mereka ingin selalu berfikir positif atas apa yang dilakukan oleh tokoh idolanya. Sebuah alasan yang memang kadang dianggap wajr, tapi tetapsaja hal yang demikian juga tidak selamanya benar.

Seharusnya sudah saatnya kita kembali pada suasana ketika belum muncul antar kubu saat pemilu yang lalu. Ingatlah bahwa opini saat pemilu dulu mungkin sebenarnya adalah ulah para tim sukses yang memang tujuanya supaya tokoh mereka diberikan dukungan, tapi tentunya jangan sampai berakhir seperti sekarang ini.

Semoga saja kisah Negeri Para Pencaci dan Pencela di Social Media ini segera berakhir, dan semoga anda adalah orang yang termasuk untuk berhenti menjadi bagian dari yang menciptakan sebuah Negeri Para Pencaci dan Pencela di Social Media tersebut.

Sebagai penutup, satu hal yang perlu kita catat adalh, mereka tokoh-tokoh yang kadang di puji dan dicaci maki selalu berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik antara tokoh satu dengan tokoh yang lainya.

Sebaliknya, mereka-mereka fanatikan jutru bukanya ikut berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik dalam kebaikan sebagaimana tokoh yang mereka idolakan, namun justru malah sibuk saling mencaci maki yang sudah kelewat kebablasan.

Bahkan munkin saja, tulisan saya ini bisa juga loh dijadikan ajang saling caci maki melalui komentar :-D

Tapi jangan anda lakukan ya, karena jika anda lakukan itu di blog saya, secara otomatis kan langsung saya hapus komentar-komentar tak bermutu.

Tulisan di blogku ini sudah kalian hina tidak bermutu, jadi jangan ditambah lagi dengan komentar-komentar anda yang kurang bermutu ya hahaha... :-)