Sulitnya Memberi MAAF untuk Para Koruptor Saat Lebaran

Sulitnya Memberi MAAF untuk Para Koruptor Saat Lebaran


Inilah sebagian kecil contoh koruptor, sungguh luar biasa mereka, tanpa rasa malu tetap ceria menyebar senyum penuh bangga. Apakah anda memaafkan mereka?Jika dalam setiap perayaan lebaran, hampir semua umat muslim saling berebut untuk saling meminta maaf. SeEgois dan sejahatnya seseorang muslim saat belum lebaran, ketika lebaran datang, biasanya seolah selalu berebut untuk saling meminta maaf.

Namun pertnyaanya sekarang, apakah kita mampu memberikan maaf dengan tulus kepada para koruptor-koruptor negeri ini?

Saya sendiri juga sebenarnya bingung juga kalau disuruh menjawab atas pertanyaan tersebut. Apalagi kalau ingat perbuatan mereka yang begitu tak punya rasa malu mengeruk uang negara demi memenuhi KERAKUSAN dan KETAMAKAN mereka dan keluarganya dengan cara korupsi.

Belum lagi ketika melihat senyuman-senyuman para koruptor yang walaupun sudah ada saksi dan alat bukti, tetap saja mereka justru  terkesan TANPA PUNYA MALU masih merasa benar dan melakukan berjuta pembelaan.


Hal tersebut diperparah ketika kita harus mengaitkan banyaknya perilaku korup di negeri ini mengakibatkan masih banyak orang-orang miskin yang tak tersejahterakan oleh negara.


Diluar itu masih banyak lagi berjuta alasan untuk tidak memberi maaf kepada para pelaku korupsi.


Namun sebagai seorang yang saya sendiri kan orang biasa, yang memaafkan ataupun tidak memaafkan sepertinya tidak akan ada untung dan ruginya buat saya [secara pribadi].


Jadi mungkin untuk para pelaku korupsi yang mungkin karena mereka khilaf dan kemudian bertaubat menyadari kesalahan dan tidak akan mengulanginya lagi, tentunya memberi maaf untuk yang seperti itu tidaklah jadi masalah.


Namun tentunya pemberiaan maaf kepada pelaku korupsi berbeda ketika dikaitkan dengan HUKUMAN atau vonis terhadap para pelaku korupsi.


Mau lebaran atau tidak, mau dimaafkan oleh rakyat atau tidak, semua pelaku kejahatan korupsi tetaplah harus diadili secara adil dan setegas-tegasnya. Karena kalau menurut saya, pemberian maaf terhadap seorang individu tentunya sangat berbeda dengan sebuah hukum dan penegakan keadilan.


Bayangkan kalau pemahaman memberi maaf kepada koruptor, kemudian diterapkan dan disamakan dengan ketika kita saling memafkan sesama teman dan keluarga saat lebaran, maka bisa dipastikan koruptor akan merajalela karena tiap Lebaran mereka akan dimaafkan dan dibebaskan.


Jadi pada prinsipnya memang sebagai manusia biasa saya bisa saja memaafkan. Tapi untuk terkait hukuman, semuanya tetap harus berjalan demi sebuah keadilan dan penegakan hukum di negeri ini.