Mewujudkan Pemilu Berhasanah itu Sulit, Tapi harus Diwujudkan!

e899239206861dacac80b100a192294e_pemilu-berhasanah


PEMILU merupakan ajang 5 tahunan untuk di Indonesia. Tujuanya yaitu untuk memilih anggota DPR, DPRD, DPD, dan Presiden terbaik dari yang terbaik.


Untuk mencapai tujuan Pemilu yang sopan, santun, dan berkwalitas, tentunya harus dilakukan dengan cara yang Berhasanah.


Hasanah berawal dari bahasa arab Hasan yang artinya baik. Tapi jika diartikan secara luas, Politik Berhasanah merupakan sebuah Pemilu yang didalamnya tercantum semua makna positif mulai dari Pemilu yang baik, Jujur, Adil, Bermoral, dan beretika serta nilai-nilai positif lainya harus terkandung didalam pelaksanaan Pemilu ini.


Memang ketika kita menyebut kata Pemilu Berhasanah itu terkesan sangat Ideal sekali. Hal ini tentunya memang sebuah keharusan bahwa sebuah aktivitas terlebih ini terkait dengan Pemilu yang akan menentukan masa depan bangsa Indonesia, tentunya kata ideal itu harus disuarakan.


Tentunya kita juga sudah mengetahui dan berulang kali terjadi bahwa sebenarnya dari awal diadakanya Pemilu di Indonesia, untuk mendapatkan susasana Pemilu yang hasanah sepertinya hanya ada di negeri "angan-angan" saja.


Hal tersebut tentunya bisa kita lihat dari berbagai kasus yang terjadi ketika Pemilu berlangsung di negara kita. Hal yang paling sering kita lihat misalnya banyaknya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh para peserta pemilu, tim sukses, fanatikan, kader partai, dan lainya.


Yang paling sederhana saja misalnya pelanggaran pemasangan spandung yang tidak boleh dipasang di pohon, di pinggir jembatan, dan yang dilarang lainya, akan tetapi faktanya hal itu tetap saja dilanggar.


Dalam musim kampanye juga sering terjadi pelanggaran misalnya dengan membawa anak-anak ke lokasi kampanye, konvoi kendaraan bermotor yang tidak menggunakan helam, politik uang, dan masih banyak lagi pelanggaran yang lainya.


Belum lagi masalah-masalah lain yang biasanya selalu terjadi saat pemilu berlangsung yaitu adanya beberapa warga yang tidak tercantum dalam daftar pemilih, adanya orang yang belum berusia berhak memilih tapi namanya juga tercantum sebagai pemilih, dan banyak peristiwa yang semua itu bisa merusak dan mewujudkan pemilu yang berhasanah.


Dan yang paling berbahaya ketika adanya bentrok antar pendukung partai yang kadang terjadi di beberapa daerah. Hal tersebut harusnya benar-benar dijadikan perhatian khusus dan harus diantisipasi sejak dini sehingga tidak terjadi lagi hal yang demikian.


Dari berbagai persoalan-persoalan tersebut diatas, semuanya memang membuat kita apatis dan pesimis bahwa Pemilu yang Berhasanah itu bisa terwujud. Namun kita seharusnya tetap optomis bahwa sesulit apapun, menciptakan Pemilu yang Berhasanah itu mutlak harus terus disuarakan dan diperjuangkan.


Hal tersebut dikarenakan jika bisa terwujud pesta Pemilu yang berhasanah, itu akan bisa menciptakan wakil-wakil rakyat yang berkwalitas dan yang terbaik dari yang terbaik dan bukanlah yang terbaik dari yang terburuk.


Sebagai masyarakat kita juga bisa terlibat dan menjadi bagian dari pemilu yang berhasanah dengan cara memulai dari diri sendiri kita masing-masing. Jika kita memiliki pilihan partai yang berbeda, kita tetap menjaga persaudaraan kita dengan orang lain walau berbeda partai. Karena sejatinya Pemilu ini adalah ajang untuk kita memilih calon DPD, calon wakil rakyat dan calon Presiden yang akan memimpin masa depan bangsa kita Negara Kesatuan Republik Indonesia.


Salam Pemilu Berhasanah! Titik! :-)