Jokowi Resmi Capres PDIP, Suhu Politik semakin Memanas

eaa5df2972d2955a2b81766bbdcf5264_megawati-dan-jokowi


Akhirnya secara resmi Jokowi sudah resmi dicalonkan oleh PDIP menjadi Calon Presiden pada Pemilu 2014.


Hal ini dilakukan mungkin sebagai strategi PDIP supaya bisa mendapatkan banyak suara pada pemilu calon legislatif yang sudah semakin dekat.


Pasca diumumkanya secara resmi Jokowi sebagai calon Presiden dari PDIP Perjuangan, berbagai reaksi mulai dari pendukung Jokowi sampai dengan "haters", juga politisi menghiasi hampir berbagai media.


Tidak hanya ramai dibicarakan di dalam negeri, pencapresan Jokowi juga langsung menjadi headline diberbagai media internatioonal seperti majalah TIME, dll.


Bahkan secara perekonomian, dengan ditetapkanya Jokowi menjadi calon presiden dunia bisnis dalam negeri juga megalami pengaruh positif yang sangat luar biasa. Mulai dari nilai Rupiah yang semakin menguat, IHSG juga menguat positif tertinggi tahu ini.


Namun dibalik banyaknya reaksi positif atas pencalonan Presiden Jokowi menjadi calon presiden, reaksi negatif juga banyaka bermunculan.


Beberapa reaksi negatif diantaranya munculnya anggapan jika Jokowi dianggap mengingkari sumpah jabatan yang berjanji akan memimpin Jakarta hingga 5 tahun masa jabatanya usai sebagai Gubernur DKI Jakarta.


Pencapresan Jokowi ini juga tentunya akan membuat beberapa Calon Presiden lainya merasa gelisah. Mungkin jika ditanya dihadapan layar kamera, para lawan politik Jokowi pastinya akan berkata dengan kata-kata bijak. Misalnya dengan pernyataan jika mereka menyambut positif atas pencapresan Jokowi dengan suka cita dan siap bertanding secara sehat.


Namun yakinlah sesampainya dirumah mereka akan habis-habisan menyuruh tim sukses mereka untuk bekerja keras supaya bisa mengalahkan popularitas Jokowi dan bisa mengalahkan Jokowi pada pemilihan presiden nantinya.


Hal ini sebenarnya sudah langsung bisa dirasakan karena begitu Jokowi terpilih menjadi calon Presiden dari PDIP, maka beberapa media nasional yang dimiliki oleh lawan-lawan politik PDIP, mereka langsung sibuk mempublikasikan berbagai pemberitaan yang pada intinya menyudutkan Jokowi.


Terlebih saat ini sudah memasuki masa kampanye untuk calon legislatif, hal ini tentunya akan semakin membuat suhu politik jelang pemilu semakin panas.


Masing-masing partai politik berlomba-lomba merayu rakyat untuk memilih partai mereka masing-masing. Hal ini dikarenakan hasil Pemilu Legislatif nantinya akan dijadikan landasan untuk memutuskan langkah politik dari masing-masing partai politik.


Saat ini boleh saja setiap partai dengan bangga dan percaya diri mengatakan jika partai mereka akan mendapatkan 20% suara dalam pemili legislatif, itu kenapa mereka dengan percaya diri sudah jauh-jauh hari menyiapkan calon presidenya.


Namun yakinlah bahwa ketika hasil di pemilu legislatif dari partai-partai tersebut tidak mencapai suara diangka 20%, maka dipastikan yang akan dilakukan oleh partai politik PASTILAH akan membangun KOALISI sebagai strategi mereka.


Jadi jangan kaget dan heran jika sebelum pemilu legislatif banyak partai berkoar dan berani mencalonkan kader partai politiknya menjadi calon presiden dan wakil presiden, yakinlah itu bisa berbalik jika mereka langsung mundur dari pencalonan calon presiden dan calon wakil presiden dan kemudian memilih untuk berkoalisi.


Itu sebabnya kenapa pencalonan Jokowi menjadi calon presiden dari partai PDIP akan semakin membuat suhu politik memanas karena para politisi partai politik akan lebih berhati-hati dalam membuat sikap dan langkah politik mereka.


Boleh saja para politisi lain sekarang banyak yang menghujat Jokowi, tapi yakinlah sangatmungkin nantinya mereka justru akan mendukungnya 100% dan melupakan atas hujatan mereka sebelumnya atas Jokowi.


Memang beginilah demokrasi di Indonesia, tidak ada kata malu dan etika, yang penting bagi mereka partai politik mereka bisa mendapatkan keuntungan dan kekuasaan karena itu adalah tujuan utama mereka.


Kita tunggu saja dan ikuti terus suhu perpilitikan di Indonesia jelang Pemilu yang semakin hari semakin panas.