Sampai Kapan Kita Perang Opini Soal Banjir?

ad76d7370aac6379eda4f28b81378284_banjir-di-jakarta


BANJIR, sebuah kata yang harus memenuhi setiap pemberitaan media di setiap harinya terlebih saat musim hujan dan banjir memang sudah datang menimpa.


Padahal sejak dahulu kita sudah tahu hal apa saja yang bisa menyebabkan banjir dan juga sudah tahu secara lengkap tentang bagaimana cara mengatasi banjir.


Tapi aneh dan lucunya, peristiwa bernama banjir tetap terjadi dan terus berulang terjadi.


Yang lebih sering membuat saya khususnya mungkin anda termasuk didalamnya, sangat membenci ketika setiap musim banjir datang, maka yang terjadi semua orang selalu berperang tentang OPINI dan PERSEPSI terkait banjir.


Terlebih ketika kita membaca dan mendengar OPINI dan PERSEPSI yang dilontarkan oleh para Pengamat, Politikus, dan Tokoh-tokoh ternama lainya yang semuanya dipublikasikan di berbagai media.


Hampir semuanya berbau "PROVOKASI". Berbau Provokasi yang saya maksud begini,


Jika ada tokoh atau khususnya POLITIKUS berbicara dan berkomentar terkait banjir yang terjadi SELALU dari sudut pandang Politik saja sehingga efectnya ketika dibaca dan didengar masyarakat langsung bisa memprovokasi pembaca dan pendengarnya.


Hal itu bisa terlihat dalam berbagai pemberitaan yang tersebar melalui jejaaring social, yang akan bisa kita lihat pasti hanya terlihat dua kubu komentator.


Kubu pertama yang mendukung kinerja Jokowi, dan yang kedua kubu yang mencela kinerja Jokowi. Bahkan tidak sedikit juga yang isinya mencaci maki dengan bahasa yang kasar.


Kondisi yang seperti ini menurut saya sangat tidak baik untuk mendidik masyarakat kita kedepan.


Tidak mendidik yang saya maksud yaitu, Dengan sudah tahu dan berulang kali bahwa setiap opini yang dilemparkan oleh tokoh politik itu hanya memunculkan provokasi kepada warga. Maka saya hanya memberikan saran supaya komentar para politikus terkait banjir tidak perlu di dengan dan dikomentari.


Karena hampir semua komentar politisi yang mereka lakukan HANYA MENYALAHKAN lawan politiknya saja dan hanya MENDUKUNG teman politiknya saja.


Anehnya, para politisi ini jarang yang menyebutkan data dan bukti dari seputar komentarnya mengenai banjir.


Misalkan jika memang mereka berkomentar dan berani menyatakan Jika Banjir pada Kepemimpinan Jokowi dianggap lebih parah daripada Banjir yang terjadi saat kepemimpinan Sebelum Jokowi, LUCUNYA mereka tidak menyebutkan data dan faktanya.


Data dan fakta yang aku maksud misalnya dahulu saat banjir di jaman Pemerintahan sebelum Jokowi ada berapa Titik kemudian dibandingkan dengan saat Jokowi memimpin Jakarta, Ada berapa titik banjir di Jakarta?


Setidaknya jika mereka menyebutkan data dan fakta, kritik mereka akan terlihat lebih cerdas. Berbeda jika mereka hanya kasih kritik dan komentar tanpa disertai data dan fakta. Yang ada justru akan menunjukan ketidakcerdasan mereka dan hanya ingin menjatuhkan lawan politiknya saja.


Saya hanya berharap dan menunggu, ketika terjadi banjir seperti sekarang ini, yang harus dilakukan oleh para politikus dan para pejabat negara, mereka saling bekerjasama dan berbagi ide dan solusi serta aksi langsung dalam menangani banjir di Jakarta.


Hal inilah yang masih belum kita lihat hingga sekarang ini. Memang kadang sesekali kita melihat beberapa partai politik ikut membantu korban banjir. Tapi lagi-lagi kebaikan yang mereka lakukan TETAP SAJA dijadikan alat untuk menghina orang lain dan menganggap jika hanya emrekalah yang sudah berbuat baik.


Tapi mungkin inilah sebuah negara yang pola pikir masyarakat yang ada di otak mereka sudah terbius oleh doktrin dan rasa fanatik yang ebrlebihan atas nama partai dan kelompoknya.


Sehingga apapun yang terjadi, yang ada di otak emreka hanya ada dua. Pertama selalu mendukung mati-matian partai mereka. Kedua, Jika ada celah untuk menjatuhkan lawan politik mereka, maka harus diserang dan dijatuhkan semua lawan-lawan politiknya.


Hal itulah gambaran yang terjadi seperti banjir yang terjadi sekarang ini. Mereka hanya saling mengedepankan Opini daripada mencari dan memberi SOLUSI. Entah sampai kapan kondisi ini terjadi?, tidak ada yang bisa memastikanya.