Perlindungan Buruh Migran HANYA untuk yang di LIPUT MEDIA ?

[caption id="" align="alignleft" width="284" caption="sumber gambar:buruhmigran.or.id"]http://buruhmigran.or.id/wp-content/uploads/2010/11/sumiati.jpg[/caption]

Tidak salah jika negeri ini disebut sebagai negara yang memiliki "berjuta" masalah. Berjuta fakta masalah dari korupsi, penyelewengan pajak, kemiskinan, bobroknya dunia pendidikan, dan masih banyak lagi masalah yang lain. Terbaru adalah kasus penyiksaan buruh migran di Arab Saudi Sumiati binti Salan Mustapa (23), asal Dompu, Nusa Tenggara Barat, mengalami penyiksaan berat dari keluarga Halid Saleh Al-Akhmin. Sebuah penderitaan buruh migran yang terjadi bukan kali pertama. Mungkin saja masih banyak buruh migran Indonesia yang mengalami penyiksaan atau masalah yang lain hanya saja tidak terexspose oleh media.




Sebenarnya teramat sangat ironis untuk setingkat negara yang seolah bekerja dan menangani kasus serta masalah buruh migran hanya ketika diliput oleh media. Seharusnya jika lembaga yang menangani terkait buruh migran ini bekerja dengan benar dan profesional, seharusnya merekalah yang seharusnya memberikan informasi ke publik. Tapi anehnya, dari berbagai banyaknya kasus penganiayaan buruh migran Indonesia diluar negeri, hampir semua kasus yang terungkap selalu diawali dari media.




Tidakah ini menunjukan bahwa selama ini mereka yang seharusnya menangani permasalahan buruh migran di Indonesia hanya bekerja hanya ketika media meliput kasus demi kasus dan permasalahan buruh migran Indonesia di luar negeri ?




Sebenarnya kasus-kasus seperti yang dialami oleh seluruh buruh migran Indonesia di luar negeri tidak akan terjadi ketika semua lembaga terkait bekerja dengan benar, cerdas, dan profesional.




Bentuk perlindungan terhadap para buruh migran Indonesia di luar negeri bisa dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:




1. Fungsikan kembali pusat aduan disetiap KBRI




Saya menjadi curiga kenapa setiap kasus buruh migran selalu di ungkap oleh media daripada oleh pihak KBRI ?. Padahal saya melihat hampir setiap KBRI di berbagai negara memiliki kontak dan pusat aduan. Seharusnya jika pihak KBRI di setiap negara mensosialisasikan keberadaan pusat aduan tersebut, saya pikir para buruh migran akan lebih mudah untuk mengadu ke KBRI.




2. Kontrol Nasib dan Keberadaan Buruh Migran secara Rutin




Untuk buruh migran yang cerdas dan berani untuk mengadu ketika memiliki kekarasan dan penganiayaan selama bekerja di luar negeri mungkin mereka akan langsung datang dan menghubungi pihak KBRI. Tapi tidak semua buruh migran memiliki keberanian tersebut. Khususnya untuk mereka yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Dengan posisi sebagai pembantu rata-rata mereka hanya memiliki pendidikan rendah dan hanyalah orang-orang miskin sehingga pastilah memiliki rasa takut ketika akan mengadu ke pihak KBRI.




Untuk menyelesaikan masalah ketakutan buruh migran yang merasa takut untuk mengadu itu maka solusinya adalah dengan cara mengecek secara rutin oleh pihak KBRI. Saya yakin setiap KBRI pasti memiliki data semua pahlawan devisa negara di negara tersebut. Dengan adanya kontrol secara rutin dari pihak KBRI yang langsung turun mengunjungi para buruh migran akan mengurangi kekerasan untuk para buruh migran.




Saya pikir memang masih banyak cara dan solusi untuk menangani kasus-kasus penganiayaan seperti yang dialami pahlawan-pahlawan devisa negara ini. Jika tidak ada penanganan solusi yang tepat dan cepat juga PERMANEN, maka saya BERANI PASTIKAN bahwa kasus-kasus seperti yang dialami Sumiati ini akan terus berlangsung dan muncul kepermukaan.